Sabtu, 10 Desember 2011

Moshing Cuy...!!!

Moshing adalah tarian khas untuk menikmati genre musik yang agresif, seperti hardcore punk dan heavy metal. Di tahun 2000an, macam moshing makin banyak, seperti Thrashing, atau lebih yang ekstrem Wall Of Death, dan biasanya dilakukan di area depan panggung yang disebut sebagai moshpit atau simply pit. Dalam Wall Of Death, peserta diarahkan menjauh dari pusat kawasan berdiri atau bisa dikatakan membelah menjadi dua area oleh anggota band, kemudian setelah band memainkan awal lagu berikutnya, kedua belah pihak tegak lurus ke tahap sprint satu sama lain dan bertabrakan di tengah.


Moshing dipandang sebagai bentuk umpan balik positif atau ekspresi kesenangan, ini juga kritik atas alam yang berbahaya. Cedera dan beberapa kematian telah dilaporkan. Namun, secara umum sepakat bahwa moshers tidak berusaha untuk menyakiti satu sama lain, dan bahwa mereka telah sepakat mengikuti “etiket moshing” tak tertulis.

Menurut sejarah dan etimologinya, istilah Mosh mulai dipakai di scene hardcore punk pada awal 1980-an di Washington DC, Amerika, mulanya tarian ini sering dieja mash di beberapa fanzines dan catatan catatan liner, namun waktu itu kata mosh belum diucapkan, seperti pada tahun 1982 lagu “Total Mash” oleh band hardcore, Scream. Kemudian karena aksen pengucapan kata orang-orang Jamaika, para penggemar kala itu mendengar ini sebagai gantinya mosh.
Pada 1980-an, istilah Mosh muncul di media cetak dengan ejaan saat ini. Adalah Anthrax yang waktu itu menggunakan istilah dalam lagu mereka “Caught In Mosh”, kata itu sudah menjadi andalan di scene hardcore dan thrash. Melalui kesuksesan mainstream band-band seperti Anthrax, Nirvana dan The Melvins, istilah Mosh menjadi makin populer.
Slam dance, dapat ditelusuri kembali ke tahun 1970-an, punk rock menunjukkannya dalam bentuk Pogo tersebut. Slam dance selama gelombang pertama punk Amerika dan Inggris pada tahun 1977 ditandai oleh stage diving, frenetic jumping, dan chaotic motion.
Pogo dan slam dance keduanya merupakan bagian dari gerakan punk saat ini, dan berkembang menjadi bentuk yang lebih keras dan ekstrim, yaitu moshing, sebagai gelombang pertama punk died out dan memberi jalan untuk subkultur hardcore punk yang muncul pada akhir 1970-an dan awal 1980-an.
Tarian pertama yang diidentifikasi sebagai moshing mungkin berasal di Orange County, California, selama gelombang pertama hardcore Amerika. Contoh ini moshing awal dapat dilihat dalam film dokumenter Urban StruggleThe Decline of Western Civilization, dan American Hardcore, serta beberapa footage dari beberapa show di era tersebut.
Menurut cerita, Mike Marine, former dari U.S Marine dan bintang The Decline of Western Civilization, slam dance dilakukan pertama pada tahun 1979. Marine menciptakan sebuah versi vicious dari punk dancing. Dia menghancurkan wajah sialan siapa saja yang akan mendekatinya-khususnya beberapa Hippie, menghajar siapa saja yang bisa dilumatkan.
Versi lebih ganas segera diekspor ke San Francisco dan Bay Area scene punk, di mana pogoing masih bentuk lazim sebuah tarian. Dari sana, menyebar ke pantai timur Amerika Serikat melalui musisi hardcore tur seperti Bad Brains, Henry Rollins dan juga MacKaye, setelah menyaksikan HB Strut saat travelling. Slam dance juga menjadi populer di perkembangan scene crossover thrash

Moshing Tips

Moshing…apa itu moshing…bagi mereka yang ga tau apa itu moshing mungkin mengira lagi ada tawuran..hahahaha…moshing identik dengan musik-musik cadas…mereka para penikmat musik cadas atau musik-musik underground mengekfresikan musik tersebut dengan sebuah tarian reflek seperti body slamming, headbanging, dan crowdsurfing yang dilancarkan secara agresif..ya begitulah cara mereka mengekfresikan..mungkin karna musik underground memang musik yang memiliki adrenalin tinggi..masa musiknya underground malah ballet ga mungkin kan jadi ga nyambung dong…ga keliatan deh kesan sangarnya…hahahaha…tapi hati-hati loh saat kita moshing..yang tadinya mau menikmati musik malah cedera dan akhirnya masuk rumah sakit…yang lebih parah lagi…jadi ilang nyawa…ih sereeeeeemmmm!!!! Kalian ga mau kanseperti itu,, saya punya sedikit tips nih biar aman-aman aja…

Nah sebelum kita memasuki Mosh pit (sebutan buat arena moshing) sebelum menjadi bagian dari crowd yang super agresif ini…sebaiknya kita perhatikan dulu cara berpakaian kita deh..yang pastinya pake baju yang nyaman donk..kebayang dong Mosh pit pasti sangat panas dan gerah..namun disarankan pake baju lengan panjang. “hey tambah panas dong!!!”..tar dulu bukan itu maksudnya…maksudnya biar menambah perlindungan, juga bisa menghindarkan diri dari keringat sesama crowd yang pastinya akan sangat banyak melakukan kontak ”up-close-and-personal” dengan kamu..nah kamu pasti bakal banyak ngeluarin keringat kan…makanya bawa air minum yang banyak tapi inget loh bukan miras...hehehe..but don’t drink it in mosh pit area…tar kalo tumpah bisa licin tar ada yang jatoh keinjek-injek gimana ayoo… Kalau terpaksa ingin minum, lakukan di luar mosh pit…

Nah bagian celana sangat penting nih…masa moshing ga pake celana..hahaha..tapi jangan salah banyak juga loh yang melepas celana mereka pada saat moshing entah karna gerah ato hanya pamer aksi ya ga tau jugaapa mau mereka..hindari hal seperti itu…pilih celana panjang yang biasa aja jangan bagus-bagus amat..tar sayang loh kalo rusak trus sobek…yang bagus nya simpan aja dirumah buat kencan sama doi..hehehe.. Pakai combat pants, atau denim yang lebih kuat.

Untuk bagian kaki..hindari pake sandal jepit…pilih sepatu lars, Selain kuat, sepatu lars juga bisa membantu menstabilkan pergelangan kaki. Sepatu lars membuat kaki loe lebih nyaman dan mengurangi resiko cidera. Juga mengurangi resiko luka karena terinjak mosher lain..kebayang kan seandainya kita pake sandal jepit…abis deh tuh kaki di injekin pada saat moshing….

Untuk asesoris hindari pake pin, rantai…kalo sampai merusak baju kamu karna pinnya ketarik mosher lain yang tadinya keren malah brantakan…mana pin nya hasil koleksi..sayang banget kan…kalo pin sama rantai lo yang keren jadi ilang dan merusak pakaian kamu yang tadinya keren..gelang atau kalung, hindari metal-metal yang berbentuk tajam. Bahaya buat mosher lain. Ganti dulu dengan yang berbentuk flat metal, chain, blunt pyramid, atau dome stud. Piercing juga sama. Jangan pakai titanium yang menggantung, soalnya kalau ketarik mosher lain bisa menyobek kulit. Lebih baik lepaskan atau ganti dengan bentuk yang lebih aman seperti stud atau loop.

Saran terakhir dari saya kalo emang pengen bener-bener terhindar dari semua kecelakaan yang terjadi saat moshing…ya jangan ikut-ikutan moshing…hehehehe..VIVA LA METAL!!!!!!!

Kamis, 01 Desember 2011

Permainan Tebak Angka

#include <stdio.h>
#include <conio.h>

void check(int b[4][4],int a[4][4]);

void inisial();

void tampil(int b[4][4]);

void play(int b[4][4],int a[4][4]);

void check(int b[4][4],int a[4][4]);

/*=============FUNGSI UTAMA================*/
void main(){
inisial(); //pemanggilan fungsi inisial
getch();
}

/*=============FUNGSI INISIALISASI ARRAY a DAN b================*/
void inisial(){
int a[4][4]={{1,1,2,2},{3,3,4,4},{5,5,6,6},{7,7,8,8}};
int b[4][4]={{0,0,0,0},{0,0,0,0},{0,0,0,0},{0,0,0,0}};
play(b,a);//pemanggilan fungsi play dengan parameter array a dan b
}

/*=============FUNGSI TAMPILAN PERMAINAN================*/
void tampil(int b[4][4]){
printf("==================================== ======================================\n\n");
printf("\t\t\tPermainan Tebak Angka\n");
printf("==================================== ======================================\n\n");
printf("*********************************\n*\t*\t*\t*\t*\n");
printf("* %d * %d * %d * %d *\n*\t*\t*\t*\t*\n",b[0][0],b[0][1],b[0][2],b[0][3]);
printf("*********************************\n*\t*\t*\t*\t*\n");
printf("* %d * %d * %d * %d *\n*\t*\t*\t*\t*\n",b[1][0],b[1][1],b[1][2],b[1][3]);
printf("*********************************\n*\t*\t*\t*\t*\n");
printf("* %d * %d * %d * %d *\n*\t*\t*\t*\t*\n",b[2][0],b[2][1],b[2][2],b[2][3]);
printf("*********************************\n*\t*\t*\t*\t*\n");
printf("* %d * %d * %d * %d *\n*\t*\t*\t*\t*\n",b[3][0],b[3][1],b[3][2],b[3][3]);
printf("*********************************\n");
}

/*=============FUNGSI PERMAINAN DIMULAI================*/
void play(int b[4][4],int a[4][4]){
int kolom1,baris1,kolom2,baris2;
clrscr();
tampil(b);//pemanggilan fungsi tampil dengan parameter array b
printf("Masukkan baris dan kolom, Tebak Angka 1\n");
printf("baris : ");
scanf("%d",&baris1);
printf("kolom : ");
scanf("%d",&kolom1);
b[baris1-1][kolom1-1]=a[baris1-1][kolom1-1];
tampil(b);
clrscr();
tampil(b);
printf("Masukkan baris dan kolom, Tebak Angka 2\n");
printf("baris : ");
scanf("%d",&baris2);
printf("kolom : ");
scanf("%d",&kolom2);
b[baris2-1][kolom2-1]=a[baris2-1][kolom2-1];
if(b[baris1-1][kolom1-1]==b[baris2-1][kolom2-1]){
clrscr();
tampil(b);
}else{b[baris2-1][kolom2-1]=0;
b[baris1-1][kolom1-1]=0;
clrscr();
tampil(b);
}
check(b,a);//pemanggilan fungsi check
}

/*=============FUNGSI PROSES PENGECEKKAN================*/
void check(int b[4][4],int a[4][4]){
if((b[0][0]==a[0][0])&&(b[0][1]==a[0][1])&&( b[0][2]==a[0][2])&&(b[0][3]==a[0][3])&&(b[1 ][0]==a[1][0])&&(b[1][1]==a[1][1])&&(b[1][2 ]==a[1][2])&&(b[1][3]==a[1][3])&&(b[2][0]== a[2][0])&&(b[2][1]==a[2][1])&&(b[2][2]==a[2 ][2])&&(b[2][3]==a[2][3])&&(b[3][0]==a[3][0 ])&&(b[3][1]==a[3][1])&&(b[3][2]==a[3][2])&&(b[3][3]==a[3][3]))
{
printf("SELAMAT ANDA MENANG!!!\n\n");

printf("Ingin mencoba lagi tekan y");

if(getch()=='y'||getch()=='Y')inisial();//kembali memberikan nilai nol pada array b
else getch();//keluar
}
else play(b,a);
}

Kamis, 24 November 2011

CARA MEMINIMALISASI EMISI KENDARAAN BERMESIN DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PLASTIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kondisi udara di Indonesia terlebih di kota besar seperti Jakarta dan Bandung sudah mengalami pencemaran, karena polutan udara seperti NOx, SOx, dan CO melebihi ambang batas. Kendaraan bermotor di Jakarta memberikan kontribusi CO sebesar 98,8%, NOx sebesar 73,4%, dan HC sebesar 88,9% (Iskandar, 2000). Sebagian besar sektor transportasi menggunakan bahan bakar petroleum sebagai sumber energy, padahal sumber energi ini bersifat unrenewable (tidak dapat diperbarui), sehingga persediaannya sangat terbatas. Selain itu pembakaran dengan bahan bakar petroleum menghasilkan emisi yang cukup tinggi dan berdampak negatif terhadap lingkungan.
Komposisi limbah plastik dalam sampah mencapai 10 %  belum diolah secara keseluruhan (Hartono, 1998).  Hal ini disebabkan sifatnya yang tahan terhadap lingkungan dan mikroorganisme sehingga menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Padahal beberapa jenis plastik tertentu seperti polietilen dan polipropilen memiliki nilai kalor yang tinggi setara dengan minyak bumi dan batu bara (Soloiu. dkk, 1999). Sifat ini memungkinkan pemanfaatan plastik sebagai bahan bakar.
Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi sektor rumah tangga, industri, dan transportasi. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor terutama yang bermesin diesel akan meningkatkan permintaan bahan bakar minyak bumi, sehingga akan menghasilan emisi yang semakin tinggi. Untuk menekan pemakaian bahan bakar minyak bumi diperlukan pencarian bahan bakar alternatif yang efektif dan lebih efisien yang  tidak memberi dampak buruk terhadap lingkungan. Pada umumnya penemuan bahan bakar alternatif pengganti solar masih memerlukan modifikasi mesin sehingga diperlukan waktu dan teknologi untuk dapat diaplikasikan secara langsung. Bahan bakar campuran yang dapat diaplikasikan secara langsung sangat dibutuhkan untuk mengurangi permintaan bahan bakar minyak bumi yang semakin menipis persediaannya dan meminimalisasi emisi kendaraan bermotor. Penggunaan plastik sebagai suplemen bahan bakar diesel seperti solar dapat menghasilkan bahan bakar yang dapat diaplikasikan secara langsung tanpa modifikasi mesin.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana potensi emisi kendaraan bermotor sebagai zat pencemar udara?
2.      Bagaimana potensi limbah plastik sebagai suplemen bahan bakar?
3.      Bahan bakar campuran apa yang dapat digunakan untuk meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel?
1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui potensi emisi kendaraan bermotor sebagai zat pencemar udara
2.      Untuk mengetahui potensi limbah plastik sebagai suplemen bahan bakar
3.      Untuk mengetahui bahan bakar campuran untuk meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel
1.4    Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang cara meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel dengan menggunakan limbah plastik yang selama ini belum diolah secara keseluruhan sebagai suplemen bahan bakar sehingga dapat tercapai keseimbangan lingkungan.



BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Pencemaran Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi gas tersebut tidak selalu konstan dan tergantung pada banyak faktor. Namun komposisi udara kering di mana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Adapun komposisi udara dan bersih terlihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Komposisi Udara Kering dan Bersih
Komponen
Formula
Persen Volume
ppm
Nitrogen
N2
78.080000
780.800
Oksigen
O2
20.950000
209.500
Argon
Ar
0.934000
9.340
Karbondioksida
CO2
0.031400
314
Neon
Ne
0.001840
18
Helium
He
0.000524
5
Metana
CH4
0.000200
2
Kripton
Kr
0.000114
1
(Sumber : Stoker dan Seager , 1972 dalam Fardiaz, 1992)
Sumber pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam dapat berasal dari kegiatan pembangkit listrik dan  industri. Sedangkan sumber bergerak adalah aktivitas lalu-lintas kendaraan bermotor dan transportasi laut (Sudrajad, 2005).
Pada umumnya polutan (zat pencemar udara) terdiri atas lima kelompok, yaitu karbonmonoksida (CO), nitrogen (NOx), sulfur oksida (SOx), hidrokarbon (HC), dan debu partikulat/partikulat matter (PM). Kelima komponen tersebut memiliki efek negatif masing-masing terhadap kesehatan manusia. Namun toksisitas kelima polutan (zat pencemar) tersebut berbeda-beda. Dalam tabel 2.2 diperlihatkan toksisitas relatif kelima polutan tersebut.


Tabel 2.2
Toksisitas Relatif Polutan Udara
Polutan
Level Toleransi
Toksisitas
relatif
Ppm
g/m3
CO
32.0
40.000
1.00
HC

19.300
2.07
SOx
0.50
1.430
28.00
NOx
0.25
514
77.80
Partikel

375
106.70
(Sumber : Fardiaz, 1992)
2.2    Emisi dari Sektor Transportasi
Transportasi menempati peringkat pertama sebagai penghasil emisi yang menyebabkan pencemaran udara. Hal ini semakin didukung dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang selalu naik setiap tahun. Jumlah kendaraan bermotor dalam rentang waktu 2001-2003 dapat dilihat dalam tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia
Polda
Akhir Tahun
Mobil Penumpang
Bus
Truk
Sepeda Motor
Jumlah
Indonesia
2001
2002
2003
3.189.319
3.403.433
3.885.228
685.156
714.222
798.079
1.777.293
1.865.398
2.047.022
15.275.073
17.002.140
19.976.376
20.926.841
22.985.193
26.706.705
(Sumber : Kepolisian Republik Indonesia Tahun 2004)
Pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermotor di luar negeri sangat diperhatikan. Malaysia dan Singapura menetapkan peraturan yang mengharuskan kendaraan berat (truk dan trailer) untuk meletakkan knalpot di bagian atas kendaraan. Sehingga emisi kendaraan bermotor yang mencemari udara dapat dilihat secara dini.
Gambar di bawah ini menunjukkan salah satu kendaraan berat di Singapura yang meletakkan knalpot di bagian atas. 

Gambar 2.1 Kendaraan berat di Jakarta yang meletakkan knalpotnya di bagian atas
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Program Langit Biru (PLB) pada tahun 1996 untuk mengurangi pencemaran udara. Dalam rangka mengatur pelaksanaan program tersebut, masing-masing pemerintah daerah menetapkan peraturan daerah. Di Jakarta, peraturan daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara mengharuskan kendaraan bermotor untuk melakukan uji emisi. Hasil uji emisi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 8-9 Juni 2006, kendaraan bermesin diesel yang tidak lulus uji emisi mencapai 70% (Badan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surabaya, 2006). Hal ini menunjukkan emisi kendaraan bermotor mencemari udara di Surabaya. Dalam tabel 2.4 berikut diperlihatkan emisi kendaraan di Jabotabek.



Tabel 2.4
Perkiraan Emisi dari Berbagai Kendaraan Bermotor
di Jabotabek
Jenis Kendaraan
Emisi (ton/tahun)
CO
HC
NOx
SOx
PM
Sepeda Motor
120.002
38.302
971
101
101
Kendaraan Penumpang
197.005
26.492
29.832
1.433
2.134
Taksi
21.295
2.892
3.879
353
425
Bus Sedang
68.429
8.500
17.669
1.402
2.232
Bus Besar
12.105
2.682
8.799
1.507
1.156
Van
106.330
12.340
19.488
4.479
1.005
Truk Kecil
34.161
3.997
6.693
436
603
Truk 2 as
2.736
1.538
6.304
1.322
1.390
Truk 3 as
2.180
1.227
5.074
1.109
517
Total
564.292
97.971
98.738
8.142
9.563
(Sumber : The Study on the Interqrated Air Qulity Manajement for Jakarta Metropolitan Area dalam Iskandar, 2009)
Semakin tahun konsumsi solar meningkat dalam sektor transportasi yang mana akan semakin meningkatkan emisi kendaraan. Emisi yang dihasilkan kendaraan yang berbahan bakar solar dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5
Emisi Solar
Jenis
Emisi (g/kg)
Partikel
0,017
SO2
3,600
HC
0,420
NOx
3,350
N2O
0,630
CO
0,630
CO2
3136,500
(Sumber : Shahab, 2001)


2.3    Plastik sebagai Produk Polimer
Menurut American Society For Testing Of Material (ASTM), plastik adalah suatu golongan bahan yang mengandung bahan utama zat-zat organik dengan massa molekul relatif besar (Seymour, 1978). Plastik dibedakan menjadi dua golongan yaitu, 1) thermoplastic (polietilen, polipropilen, polikarbonat); 2) thermosetting  (fenol formaldehid dan melamin formaldehid).
Beberapa jenis plastik memiliki nilai bakar tinggi antara lain polipropilen dan polietilen. Adapun karakteristik plastik diperlihatkan dalam tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Karakteristik Plastik
Jenis
Nilai kalor (kcal/kg)
Berat jenis (g/cm3;25oC)
Berat molekul rata-rata
Polietilen
46170
0,920
60000
Polipropilen
46670
0,868
12000
(Sumber : Soloiu. dkk, 1999)
2.4    Bahan Bakar Diesel
Karakteristik bahan bakar diesel akan mempengaruhi  kesempurnaan proses pembakaran. Beberapa sifat utama yang mempengaruhi  kualitas pembakaran  bahan bakar diesel antara lain angka setana, sifat penguapan bahan bakar, berat jenis, kekentalan dan endapan karbonnya (Obert, 1973).
Kualitas penyalaan bahan bakar diesel dinyatakan oleh besarnya angka setana, semakin tinggi semakin mudah bahan bakar menyala. Besarnya angka setana  menunjukkan kesiapan bahan bakar untuk terbakar dengan sendirinya, pada temperatur dan tekanan tertentu dalam suatu ruang bakar motor diesel. Semakin besar  angka setana, semakin pendek pula jarak waktu antara injeksi bahan bakar dan terbakarnya bahan bakar tersebut dalam ruang bakar.
Volatilitas adalah kecenderungan suatu cairan berubah menjadi gas. Bila volatilitas terlalu tinggi, maka terjadi penguapan partikel bahan bakar lebih cepat, semburan lebih banyak berupa uap hidrokarbon, sehingga jumlah bahan bakar cair yang bercampur dengan udara lebih sedikit.
Sebaliknya bahan bakar yang volatilitasnya rendah, akan menyebabkan pembakaran tak sempurna karena partikel cairan bahan bakar yang belum sempat menguap akan mengendap pada dinding silinder akibat sentuhan fase cair bahan bakar dengan dinding silinder yang panas.
Viskositas adalah ukuran ketahanan bahan bakar  untuk mengalir atau parameter yang  menunjukkan sifat menghambat terhadap aliran. Viskositas yang terlalu tinggi akan memberikan atomisasi yang rendah sehingga memberikan hasil mesin yang sulit di start dan gas buang yang berasap. Sementara jika ia terlalu rendah akan terjadi kebocoran pada pompa bahan bakar.
Bahan bakar diesel yang sering digunakan dalam bidang transportasi anta lain diesel oil (solar), heavy fuel oil (minyak bakar), dan marine fuel oil (MFO). Diesel oil (solar) lebih sering digunakan dalam transportasi darat sedangkan  heavy fuel oil (minyak bakar) dan marine fuel oil (MFO) dalam transportasi laut. Adapun perbandingan karakteristik ketiga bahan bakar tersebut dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7  Perbandingan Karakteristik Bahan Bakar Diesel
Karakteristik
HeavyFuel  Oil (HFO)
solar
Marine  Oil (MFO)
oAPI
11,47
37,52
-
Sulfur (% berat)
1,48
0,09
-
Flash Point (oC)
111
54
64
Densitas (g/mL)
1,0015
0,83
<0,981
Pour Point (oC)
-1
-50
<-30
Viskositas (cP)
22800
4,08
4
(Sumber : Anonim, 2006)
Karakteristik solar dan biodiesel tidak jauh berbeda. Tabel 2.8 di bawah ini menunjukkan perbandingan karakteristik biodiesel dan solar.
Tabel 2.8  Perbandingan Karakteristik Biodiesel dan Solar

No.

Parameter
Nilai
Palm
Biodiesel
Jatropha
Biodiesel
Solar
1.
Density,g/mL(15oC)
0.868
0.879
0.83
2.
Kinematik Viscoity (CSt) (40oC)
5.3
4.84
5.2
3.
Cloud Point (oC)
16
5
18
4.
Flash Point (oC)
174
191
70
5.
Calorific value, LHV (MJ/kg)
37-38
37-38
41
6.
Sulfur content
< 50 ppm
< 50 ppm
0,09%w
7.
Cetane number
62
51
42
8.
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g)
209.7
198
NA
9.
Iodine value (mg I2/g)
45-62
95-107
NA
(Sumber: Rahmania, 2004)
Plastik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar melalui proses pencairan dengan menggunakan proses thermal cracking, sehingga dihasilkan minyak yang dapat dengan mudah terbakar. Namun proses ini memerlukan suhu yang tinggi melampaui 400oC (Yoshihara. dkk, 2000) untuk melakukan distilasi cairan plastik tersebut menjadi minyak dan hasil yang didapatkan relatif sedikit.
Proses pencairan plastik juga diperkenalkan oleh  Soloiu, dkk (1999) yang melakukan penelitian bahan bakar alternatif dengan cara melelehkan plastik jenis polietilen (PE), polipropilen (PP) dan mencampurkannya dengan bahan bakar diesel jenis heavy fuel oil (HFO) dengan komposisi 5%-40% berat pada suhu 2000C. Bahan bakar yang dihasilkan dapat digunakan untuk sistem penggerak mesin diesel. Namun pada suhu kamar bahan bakar akan terpisah menjadi dua fasa, padat dan cair. Sehingga memerlukan pemanasan awal untuk dapat digunakan pada mesin diesel.
Untuk mengatasi terpisahnya fase, Yoshihara, dkk (2000), melakukan penelitian mengenai emulsifikasi plastik (PE dan PP) dengan bahan bakar diesel jenis heavy fuel oil (HFO). Emulsifikasi menggunakan air dan surfaktan pada suhu kamar dan tekanan satu atmosfer yang diaduk selama 10 menit pada mesin homogenizer.  Dari emulsifikasi dihasilkan bahan bakar yang mampu berbentuk cair dalam suhu kamar, sehingga tidak memerlukan pemanasan awal sebelum digunakan pada mesin diesel. Komposisi bahan bakar tersebut adalah 10% plastik, 30% air, 3% surfaktan, dan 57% solar. Nakanishi, dkk (2000) melakukan penelitian dengan mencampur plastik buangan jenis PP dengan Marine fuel oil (MFO) dan dihasilkan bahan bakar yang mampu diaplikasikan secara langsung pada mesin diesel.





















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Sifat Penulisan
Karya tulis ini disusun secara deskriptif atau paparan. Karya tulis ini menggambarkan tentang emisi kendaraan dan cara untuk meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel dengan menggunakan limbah plastik. Karya tulis ini menjelaskan potensi limbah plastik sebagai suplemen bahan bakar dan bahan bakar campuran sebagai alternatif untuk meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel.

3.2    Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi adalah studi pustaka dan penelusuran informasi melalui :
-          literatur, pustaka-pustaka referensi, pustaka penunjang
-          jurnal-jurnal penelitian dengan jangka waktu 1999-2005
-          informasi internet
Di dalam proses pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      perumusan latar belakang masalah
2.      penentuan ruang lingkup permasalahan
3.      penentuan tujuan dan manfaat
4.      penelusuran dan pencarian data atau informasi
5.      pengumpulan data dan informasi yang mendukung
6.      pemilihan data yang relevan dan mengkomunikasikan data dan informasi

3.3    Metode Pengolahan Data dan Informasi
Dari studi pustaka yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini, digunakan dua metode mengolah data dan informasi yaitu :
1.       metode deskriptif, yaitu proses analisa informasi dengan memberikan prediksi gambaran mengenai masalah yang akan dibahas
2.   metode deduktif, yaitu proses analisa informasi dengan memberikan argumentasi melalui berpikir logis dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menuju suatu kebenaran yang bersifat khusus.

3.4    Metode Analisa
Dalam menganalisa data dan informasi yang telah terkumpul menggunakan metode deskriptif dan metode deduktif. Data dan informasi yang terkumpul dianalisa dan dilakukan studi silang untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih terpercaya.

3.5    Metode Pengambilan Simpulan dan Perumusan Saran
Dari studi silang yang dilakukan, dapat diambil inti utama yang kemudian dibuat suatu simpulan. Simpulan diperkuat dengan saran dan harapan yang berkaitan dengan pemecahan masalah.













BAB IV
PEMBAHASAN
4.1    Emisi dari Sektor Transportasi sebagai Polutan Udara
Pencemaran udara yang terutama terjadi di kota-kota besar telah menyebabkan penurunan kualitas udara yang berdampak pada kesehatan manusia. Penurunan kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana transportasi dan industri.
Hasil penelitian Badan Pengendali Lingkungan Hidup (Bapedal) di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya yang menyatakan kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara (Iskandar, 2000). Bahkan UNEP (United National Environment Programme) menetapkan Jakarta sebagai peringkat ke-3 dalam kota dengan kualitas terburuk di dunia, setelah meksiko dan bangkok (Anonim, 2001).
Padahal pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor setiap tahun di Indonesia selalu naik. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor berkisar antara 8–12 % per tahun. Berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia Tahun 2004 kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 2001-2003 didominasi oleh sepeda motor (73,79%), mobil penumpang (14,93%), truk (8,13%), dan bus (3,15%).
Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor maka akan terjadi peningkatan emisi kendaraan sehingga akan menurunkan kualitas udara. Hal ini diperparah dengan mahalnya harga spare-part (suku cadang) dan biaya perawatan kendaraan bermotor sehingga akan menurunkan kualitas kendaraan bermotor. Kondisi tersebut akan menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna pada mesin sehingga menimbulkan emisi semakin banyak dan membahayakan.
Walaupun jumlah kendaraan umum dan angkutan barang lebih kecil daripada mobil pribadi, namun menyebabkan pencemaran udara lebih besar yaitu 70 %. Sedangkan 30 % pencemaran udara yang dari emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh kendaraan pribadi (Hamdi, 2005). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik emisi yang berasal dari kendaraan di Indonesia setiap tahun adalah karbonmonoksida (CO) 14.281.198,38 ton, hidrokarbon (HC) 1.251.130,6 ton, dan nitrogen oksida (NOx) 694.224,9 ton.
Bahan bakar yang umumnya digunakan dalam sektor transportasi adalah solar dan bensin. Penggunaan solar per tahun dalam transportasi darat dan laut adalah 26 juta kiloliter, sedangkan bensin hanya mencapai 20 juta kiloliter (Hamdi, 2005). Solar merupakan bahan bakar yang terbuat dari minyak bumi yang merupakan kekayaan alam yang tak dapat diperbaharui (unrenewable) sehingga dalam penggunaannya harus diminimalkan karena persediaannya yang semakin menipis. Selain itu solar juga menghasilkan emisi seperti partikel, SO2, HC, NOx, N2O, CO, dan CO2 (Shahab, 2001). Zat yang dihasilkan dalam emisi kendaraan bermesin diesel ini berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan apabila kandungannya dalam udara melebihi ambang batas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Peugeout Perancis, solar di Indonesia memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Padahal pada tahun 1987, WHO telah menyatakan bahwa kandungan SOx di udara telah melebihi ambang batas (Sudrajad, 2005). Sulfur dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, iritasi sistem pernafasan, dan apabila bereaksi di atmosfer dapat membentuk zat asam.

4.2    Potensi Limbah Plastik sebagai Suplemen Bahan Bakar Diesel
Limbah plastik mendominasi jumlah sampah di setiap tempat. Menurut Hartono (1998), komposisi limbah plastik yang dibuang oleh sektor rumah tangga adalah 9,3 % dari total sampah rumah tangga. Bahkan di Jabotabek, rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya (Anonim, 1986). Jumlah ini akan bertambah seiring berjalannya waktu karena sifat plastik yang tahan terhadap lingkungan dan mikroorganisme sehingga jumlahnya semakin bertambah.
Komponen utama limbah plastik adalah polietilen, polipropilen, dan polistiren. Ketiga komponen ini memiliki ketahanan terhadap mikroorganisme yang semakin meningkat dengan meningkatnya berat molekul. Dengan memperhatikan sifat-sifat plastik tersebut seharusnya limbah plastik harus mendapat pengolahan yang serius dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.
Pengolahan limbah plastik yang umumnya dilakukan saat ini adalah penimbunan (landfilling), pembakaran, dan daur ulang. Penimbunan (landfilling) memberikan dampak yang cukup serius terhadap lingkungan seperti mengurangi kesuburan tanah, menghalangi mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa lain, dan menyebabkan polusi air, sehingga langkah ini mulai dikurangi. Sedangkan pembakaran merupakan langkah yang kurang efisien karena sifat plastik yang termoplastik sehingga bila terbakar hanya meleleh dan setelah dingin akan memadat kembali atau dengan kata lain tidak terdegradasi.
Daur ulang merupakan langkah penanganan limbah plastik yang masih dipertahankan sampai saat ini. Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu daur ulang untuk proses produksi dan daur ulang energi. Daur ulang untuk proses produksi telah dilakukan untuk produksi polietilen. Namun seiring dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, industri daur ulang ini agak terhambat karena tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual biji plastik hasil daur ulang. Walaupun daur ulang telah dilakukan dalam skala industri, namun persediaan plastik yang belum mendapat penanganan mencapai 85 % (Gatra, 7 Agustus 2006). Daur ulang energi memiliki kemungkinan yang besar untuk dilakukan karena sampah memiliki nilai kalori yang setara dengan batubara dan minyak bumi (Soloiu. dkk, 1999). Sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan panas atau tenaga dengan cara pembakaran.
Plastik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan pencairan melalui proses thermal cracking yang memerlukan suhu melampaui 400°C sehingga dihasilkan minyak yang dapat dengan mudah terbakar (Yoshihara dkk, 2000). Namun teknik ini selain mahal dan membutuhkan teknologi tinggi, juga sangat membahayakan karena suhu operasi yang tinggi memungkinkan terjadinya ledakan.
Penggunaan plastik sebagai bahan bakar dapat dilakukan dengan pelelehan plastik dan mencampurkannya dengan bahan bakar diesel. Penelitian yang dilakukan oleh  Soloiu, dkk (1999) dengan melelehkan  plastik jenis polietilen (PE), polipropilen (PP) dan mencampurkannya dengan bahan bakar diesel jenis heavy fuel oil (HFO) dengan komposisi 5%-40% berat pada suhu 2000C. Bahan bakar yang dihasilkan dapat digunakan untuk sistem penggerak mesin diesel. Namun bahan bakar ini memiliki kelemahan yaitu akan terpisah menjadi dua fasa, padat dan cair pada suhu kamar. Sehingga memerlukan pemanasan awal untuk dapat digunakan pada mesin diesel.
Pemisahan tersebut dapat diatasi dengan emulsifikasi menggunakan air dan surfaktan pada suhu kamar dan tekanan satu atmosfer yang diaduk selama 10 menit dengan mesin homogenizer. Bahan bakar yang dihasilkan mampu berbentuk cair dalam suhu kamar, sehingga tidak memerlukan pemanasan awal sebelum digunakan pada mesin diesel (Yoshihara dkk, 2000).
Selain menggunakan heavy fuel oil (HFO), pencampuran plastik dapat pula dilakukan dengan marine fuel oil (MFO) sehingga dihasilkan bahan bakar yang mampu diaplikasikan secara langsung pada mesin diesel (Nakanishi dkk, 2000).
Walaupun viskositas HFO dan MFO yang terpaut jauh, yaitu 22800 cP dan 4 cP. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Soloiu, dkk (1999) dan Nakanishi, dkk (2000) membuktikan bahwa plastik dapat dicampurkan dalam keduanya dan memberikan performa mesin diesel yang tidak jauh berbeda. Karakteristik solar tidak jauh berbeda dengan MFO yaitu memiliki viskositas 4,08, sedangkan karakteristik biodiesel hampir sama dengan solar. Oleh karena itu, plastik dapat digunakan sebagai suplemen dalam berbagai jenis bahan bakar diesel. Plastik akan memberikan hidrokarbon yang lebih mudah terbakar dalam mesin diesel sehingga mutu penyalaannya menjadi semakin besar.
Pemanfaatan plastik sebagai suplemen bahan bakar melalui proses daur ulang termal mampu memberikan konstribusi terhadap konservasi lingkungan. Plastik yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, akan terus diproduksi dengan masa pakai plastik yang relatif pendek sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan. Hal tersebut disebabkan sifat plastik yang tidak dapat terbiodegradasi di alam. Sehingga dalam penanganannya plastik membutuhkan perlakuan khusus untuk mengurangi limbahnya di alam. Bahan bakar polimer menjadi solusi yang menguntungkan bagi masalah limbah plastik. Jumlah sampah plastik yang besar memungkinkan pemanfaatannya sebagai bahan bakar campuran secara berkesinambungan.

4.3    Bahan Bakar Campuran untuk Meminimalisasi Emisi Kendaraan Bermesin Diesel
Penggunaan bahan bakar alternatif di dunia telah digalakkan karena menipisnya persediaan minyak bumi. Walaupun telah ditemukan biodiesel sebagai pengganti solar dari berbagai minyak nabati, namun penggunaan bahan bakar campuran masih menjadi pilihan utama. Hal ini disebabkan penggunaan biodiesel secara murni akan menimbulkan berbagai masalah seperti kesulitan dalam start up sehingga dibutuhkan penambahan pemanas bahan bakar dan penyumbatan saluran bahan bakar seperti pipa dan seal yang terbuat dari bahan karet alam.
Pencampuran plastik ke dalam bahan bakar memungkinkan penurunan emisi gas kendaraan bermotor. Namun penggunaan air untuk emulsifikasi dalam bahan bakar akan memperpanjang nyala tunda yang berakibat menurunnya suhu campuran air dan bahan bakar dalam mesin. Hal ini menyebabkan terjadi pembakaran yang kurang sempurna. Pembakaran kurang sempurna akan menghasilkan emisi gas CO dan jelaga yang lebih banyak. Reaksi dasar dari pembentukan jelaga belum diketahui, namun reaksi tersebut diawali dengan pembentukan karbonmonoksida dengan reaksi sebagai berikut,
                 2CO        C + CO2
Reaksi tersebut dipercepat oleh adanya karbon. Dalam hal ini karbon merupakan katalis yang kuat. Jika beberapa partikel jelaga mulai terbentuk, maka partikel-partikel ini akan berkembang dengan cepat. Berdasarkan teori, hidrokarbon khususnya pada rantai yang komplek,  akan terurai menjadi unit-unit kecil dari C2 dan C3 dan partikel-partikel kecil akan terpolimerisasi secara radikal menjadi C6 ring polimer. Jelaga memiliki valensi bebas dan  memiliki sifat melekat yang luar biasa serta dapat diserap oleh permukaan logam, sehingga ketika menempel akan sangat sulit untuk dihilangkan.
Namun emisi gas nitrogen oksida (NOx) berkurang secara efektif untuk bahan bakar yang teremulsikan dengan air dikarenakan meningkatnya konsentrasi OH akibat penambahan air yang dapat menurunkan pembentukan NOx.
Etanol merupakan zat yang dapat mensubsitusi air dalam emulsifikasi bahan bakar campuran, karena sifat etanol yang hampir sama dengan air yaitu sama-sama larutan polar dan titik didih etanol mendekati titik didih air. Etanol mampu terbakar sempurna dan tidak menghasilkan gas karbonmonoksida, bersifat ramah lingkungan, serta ikatan OH pada etanol juga mampu  mereduksi pembentukan NOx pada proses pembakaran dalam mesin. Etanol lebih mudah terbakar daripada air sehingga penguapan etanol dalam mesin justru akan mempercepat waktu penyalaan yang mengakibatkan efesiensi pemakaian bahan bakar campuran menjadi lebih besar. Selain itu penggunaan etanol dalam emulsifikasi bahan bakar campuran akan menurunkan kandungan jelaga dari gas buang hasil pembakaran  dalam bahan bakar campuran, karena etanol dapat terbakar lebih sempurna melalui reaksi sebagai berikut:
C2H5OH  +  3O2  2CO2 + 3H2O
Pelarutan dengan menggunakan surfaktan sebagai emulsifier, ujung polar bersifat hidrofilik sedangkan ujung non polar bersifat hidrofobik. Ujung polar akan mengikat etanol sedangkan ujung nonpolar mengikat campuran solar dan plastik.
Plastik merupakan suplemen bahan bakar campuran yang memiliki struktur rantai lurus. Bila  digabungkan dengan struktur kimia solar yang berbentuk hexadecane C16H34 (normal paraffin), maka akan sangat wajar bila bahan bakar campuran memiliki nilai setana yang lebih tinggi karena pola rantai karbonnya yang lurus.
Nilai setana yang tinggi dapat menyebabkan peningkaan daya karena lebih sedikit bahan bakar yang diinjeksikan sebelum penyalaan terjadi. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi plastik pada campuran etanol dan biodiesel maka makin banyak pula partikel-partikel plastik yang ikut terbakar. Hal ini akan semakin meningkatkan kesempurnaan pembakaran. Namun jumlah campuran plastik yang terlalu banyak akan meningkatkan viskositas bahan bakar campuran.
Konsumsi bahan bakar campuran bila dibandingkan dengan solar diperkirakan lebih rendah. Penggunaan campuran plastik pada motor diesel diperkirakan menghasilkan daya yang tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan solar. Hal ini menunjukkan bahwa  untuk menghasilkan tenaga sebesar satu daya kuda setiap jamnya dibutuhkan lebih sedikit massa bahan bakar yang diinjeksikan. Dengan kata lain bahan bakar ini lebih hemat bila dibanding dengan bahan bakar diesel standar.
Penelitian yang dilakukan oleh Soloiu, dkk (1999) dan Yoshihara, dkk (2000) menunjukkan bahwa bahan bakar campuran mampu diaplikasikan secara langsung pada mesin diesel tanpa memerlukan modifikasi mesin. Mesin diesel yang digunakan dalam penelitian tersebut merupakan jenis direct inject yang sangat peka terhadap perubahan viskositas bahan bakar. Oleh karena itu bahan bakar campuran berpotensi digunakan pada setiap jenis mesin diesel.
Pencampuran plastik dan etanol dalam bahan bakar campuran memungkinkan penambahan biodiesel yang lebih tinggi. Karena  sifat etanol yang mudah terbakar sehingga mempercepat waktu penyalaan. Selain itu, hidrokarbon plastik dimiliki oleh plastik akan memudahkan proses pembakaran dalam mesin diesel sehingga mutu penyalaannya menjadi semakin besar.
Penggunaan bahan bakar campuran dapat meminimalisasi emisi yang dihasilkan kendaraan bermesin diesel, karena komposisi solar yang digunakan hanya sedikit. Hal ini berarti sulfur dioksida (SOx) yang terbentuk dalam emisi juga akan berkurang dalam prosentase yang sama. Selain itu, akan memberikan kontribusi penghematan bahan bakar minyak bumi khususnya solar. Penggunaan plastik dalam bahan bakar akan meningkatkan usaha pengolahan limbah plastik yang selama ini belum optimal. Sehingga akan mereduksi jumlah limbah plastik yang memberikan dampak Limbah plastik memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai suplemen bahan bakar diesel. Hal ini karena plastik memiliki hidrokarbon yang lebih mudah terbakar sehingga meningkatkan efesiensi penggunaan bahan bakar.
1.      Penggunaan bahan bakar campuran dapat meminimalisasi emisi kendaraan bermesin diesel sehingga tercapai keseimbangan lingkungan. Selain itu dapat mengurangi permintaan bahan bakar minyak bumi yang semakin menipis persediaannya. Dengan demikian penggunaan bahan bakar campuran dapat mencapai keseimbangan lingkungan karena dapat mengurangi polusi udara, tanah, dan air.




BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Dari uraian dalam karya tulis ini dapat disimpulkan bahwa, Emisi yang dihasilkan sektor transportasi merupakan zat pencemar (polutan) udara yang memiliki potensi yang sangat besar karena pertumbuhan jumlah kendaraan yang selalu meningkat tiap tahun. Selain itu karena sebagian besar kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fosil sehingga emisi yang dihasilkan semakin tinggi dan mengganggu keseimbangan lingkungan.

5.2    Saran
Bahan bakar campuran solar, biodiesel, plastik, dan etanol memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan karena memiliki nilai efisiensi dan dapat menekan pencemaran lingkungan akibat pembakaran yang tidak sempurna serta pengolahan limbah plastik yang belum dilakukan secara keseluruhan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang bahan bakar campuran dan dilanjutkan dengan uji coba aplikasi bahan bakar campuran pada kendaraan transportasi dalam skala pilot project.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Barometer Bisnis Plastik Indonesia.  Jakarta: Yayasan Bina Pembangunan.
Anonim. 2001. Merenda Birunya Langit. http://www.indomedia.com.
Badan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surabaya. 2006. Uji Emisi Gratis, Mengurangi Polusi Udara. http://www.surabaya.go.id.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Gatra. 2006. Daur Ulang Sampah Plastik Terpukul BBM dan Listrik. www.gatra.com.
Hamdi, Alhilal. 2005. Akhir Zaman Minyak (Bumi Murah). http://www.bppt.go.id.
Hartono ACK. 1998.  Daur Ulang Limbah Plastik dalam Pancaroba : Diplomasi Ekonomi dan Pendidikan. Dana Mitra Lingkungan. Penerbit: Jakarta.
Iskandar, Abubakar. 2000. Kerusakan Lingkungan Diakibatkan oleh Sumber Transportasi. http://www.kpbb.org.
Sudrajad, Agung. 2005. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan. Inovasi, Vol.5, hal 1-3.
Rahmania, O., 2004, Pemanfaatan Sekam Padi Sebagai Biodiesel dengan Transesterifikasi Berkatalis Asam. Tesis Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya